Cerita dari Sahabat: Nkosi Johnson

nkosi-johnson-smile

Nkosi dilahirkan pada tahun 1989, dengan nama Xolani Nkosi. Ibunya mengidap AIDS sewaktu hamil Nkosi. Pada saat lahir, Nkosi mengidap HIV positif. Maksudnya, dari dua tes untuk mengetahui adakah virus yang memakan kekebalan tubuh itu, semuanya bernilai positif. AIDS adalah bentuk terakhir dan terparah dari perkembangan HIV dalam tubuh, dimana tubuh tidak mampu melawan penyakit apapun. Makin lama makin lemah hingga meninggal.

Saat ibunya meninggal, Nkosi berumur 3 tahun. Ia kemudian diangkat anak oleh Gail Johnson. Ketika berumur 8 tahun, Nkosi ditolak masuk sekolah karena ia mengidap HIV. Kasus ini ramai dibicarakan dan menimbulkan kemarahan di kalangan para pemimpin Afrika Selatan. Karena hukum Afrika Selatan melarang perlakuan yang berbeda, termasuk kondisi kesehatan seseorang. Akhirnya sekolah itu menerima Nkosi.

nkosi-johnson-pembicara

Dari peristiwa itu, Nkosi menjadi pembicara utama dalam Konferensi AIDS Sedunia yang ke 13. Ia mengajak para penderita AIDS untuk tidak malu membuka diri. Ia mendorong penderita AIDS untuk menuntut persamaan perlakuan. Nkosi menutup pidatonya dengan kata-kata :
“Pedulikan dan terimalah kami, karena kami adalah manusia juga. Kami normal. Kami mempunyai tangan, kaki, bisa berjalan dan berbicara. Kebutuhan kami sama seperti orang lain. Jangan takut, kita semua sama.”

Ia mengajak seluruh dunia untuk tidak takut menerima penderita AIDS di sekeliling mereka. AIDS tidak bisa menular melalui sentuhan, pelukan maupun ciuman, begitu ia menjelaskan.

Nkosi bersama ibu angkatnya mendirikan Yayasan Nkosi’s Haven yang menampung dan membantu ibu pengidap AIDS dan anaknya yang tertular HIV. Karena pemerintah tidak menyediakan obat bagi mereka, Nkosi Haven mencoba untuk menolong mereka yang terbuang dari masyarakat itu.

Nkosi meninggal pada usia 12 tahun, usia terpanjang untuk seorang anak yang lahir dengan HIV. Empat tahun kemudian, diwakili oleh ibu angkatnya, ia menerima International Children’s Peace Prize, yang pertama dan semacam piala berbentuk pahatan, yang diberi nama sesuai namanya, Nkosi. Berupa anak yg mendorong bola dunia. Dengan arti, membuat dunia lebih bergerak maju.

nkosis-heaven

Nkosi Johnson disebutkan sebagai pahlawan bagi anak-anak yang tertular HIV dari ibu mereka. Dia berjuang supaya anak-anak sepertinya, dan pengidap AIDS di seluruh dunia mendapatkan perlakuan yang sama.

Pahlawan tidak harus berbadan besar atau dewasa. Seorang anakpun bisa menjadi pahlawan bagi sekitarnya. Ketika kita membawa perubahan menuju kebaikkan bagi hidup orang lain, saat itulah kita disebut PAHLAWAN.
(dari berbagai sumber)

— Tim Kerygma

No comments yet.

Leave a reply

Reset all fields